Omega-6 adalah manifestasi dari kalimat "bahkan yang natural produk pun belum tentu baik, apalagi yang ultraprocess food".

(Sebelum adanya kesalahpahaman, omega-6 sendiri meskipun sering dikaitkan dengan hal negatif, penggantian omega-6 dari lemak jenuh dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.)

Berbeda halnya dengan omega-3 yang memiliki persepsi positif, omega-6 justru sebaliknya, padahal keduanya adalah saudara sekandung. Tapi sebenarnya mengapa?

Omega-6 adalah subklasifikasi polyunsaturated fatty acid (PUFA) dan menjadi salah satu konstituen dari fosfolipid membran sel. Salah satu bentuk omega-6 adalah arachidonic acid (AA) dan linoleic acid (LA) sebagai prekursor dari AA. Nah, AA adalah prekursor dari mediator proinflamasi utama didalam tubuh, yakni prostaglandin, leukotrien dan secara tidak langsung tromboksan yang bertindak sebagai agen pembekuan darah. Tiga senyawa ini sangat terkenal dalam inflamasi alias peradangan, sehingga peningkatan perbandingan omega-6 akan meningkatkan lingkungan inflamasi tubuh.

Loh, memangnya omega-3 gak seperti itu?

Yap, omega-3 juga salah satu subklasifikasi PUFA dan juga menjadi konstituen dari fosfolipid membran. Sama halnya dengan omega-6, omega-3 juga bertindak sebagai prekursor (bahan) untuk pembentukan prostaglandin, leukotrien maupun tromboksan. Perbedaannya adalah ketika omega-3 menjadi prekursor, bentuk ketiga senyawa ini memiliki efek proinflamasi yang lebih lemah dibanding omega-6 jika menjadi prekursornya. Kenapa bisa?

Prostaglandin, leukotrien dan tromboksan yang disintesis dari omega-6 berturut-turut dalam bentuk PGE2, LTB4 & TXA2, berbeda halnya dengan omega-3 yang membentuk PGE3, LTB5 & TXA3. Perbedaan struktur inilah yang membuat prostaglandin, leukotrien dan tromboksan yang disintesis dari omega-3 lebih pasif. Makanya omega-3 sering dikatakan sebagai anti-inflamasi, sedangkan omega-6 sering dikatakan sebagai proinflamasi.

Loh, bukankah tetap saja dua-duanya itu sebenarnya proinflamasi? Sekali lagi benar, keduanya tetap proinflamasi, tapi efek nett dari inflamasinya sangat berbeda. Analoginya itu seperti ini :

Pada zaman dahulu, beberapa dari kita kalau salah ngaji itu akan dipukul menggunakan rotan. Dan bagaimanapun rasanya sakit banget, kan? Akhirnya disuatu hari kita masuk ke kamar, kemudian membuang rotan dan menggantinya dengan sapu lidi kasur, sehingga ketika kita salah, kita akan dipukul menggunakan sapu lidi kasur tersebut. Apakah tetap sakit? ya, rasa sakit masih ada, tapi itu jauh lebih tidak sakit dibanding dipukul menggunakan rotan, bukan?

Mengapa omega-6 sering dikaitkan dengan hal negatif?

Referensi

  1. Rybaczyk LA, Bashaw MJ, Pathak DR, Moody SM, Gilders RM, Holzschu DL. An overlooked connection: serotonergic mediation of estrogen-related physiology and pathology. BMC Womens Health. 2005 Dec 20;5:12. doi: 10.1186/1472-6874-5-12. PMID: 16368009; PMCID: PMC1327664. Available from: An overlooked connection: serotonergic mediation of estrogen-related physiology and pathology - PMC (nih.gov).

  2. Braverman, P. K. (2007). Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 20(1), 3–12. doi:10.1016/j.jpag.2006.10.007.

  3. ZAKA, Marriam; MAHMOOD, Khawaja Tahir. Pre-menstrual syndrome-a review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 2012, 4.1: 1684.

  4. Bendich, A. (2000). The Potential for Dietary Supplements to Reduce Premenstrual Syndrome (PMS) Symptoms. Journal of the American College of Nutrition, 19(1), 3–12. doi:10.1080/07315724.2000.10718907