Entah dari pasangan, keuarga, teman, atau bahkan dari sosial media, kita pasti sangat mengenal bahwa wanita sering mengeluh tentang perasaan nyeri pada saat menstruasi? sebenarnya itu kenapa sih? wanita ataupun pria harus mengetahui mekanisme ini agar tidak panik dan mengetahui apa yang harus dilakukan.
Seperti yang kita tahu wanita memiliki siklus menstruasi, biasanya berkisar sekitar 28 hari, dimana hari ke-1-13 adalah fase folikel, hari ke 14-15 adalah fase ovulasi, dan hari ke 15-28 adalah fase luteal. Menstruasi sendiri terjadi pada fase folikel, lebih khususnya (umumnya) pada hari ke-1-5.
Pada siklus sebelumnya estrogen & progesteron di setiap fasenya menyebabkan endometrium (lapisan terdalam rahim) mengalami proliferasi (peningkatan jumlah sel) & penebalan lapisan. Ini dilakukan untuk menyiapkan tempat untuk perkembangan janin apabila sel telur dibuahi. Pada saat ini ada sebuah enzim yang disebut sebagai lisosomal fosfolipase A2 (LPLA2). Enzim ini diatur oleh berbagai faktor, salah satunya adalah progesteron dan kadar progesteron yang tinggi pada fase luteal menstabilkan aktifitas enzim ini.
Ketika pembuahan tidak terjadi, tidak ada sinyal untuk mempertahankan produksi progesteron oleh korpus luteal. Hal ini menyebabkan kadar progesteron turun dan puncak penurunannya terjadi pada akhir fase luteal dan awal fase folikel (fase menstruasi). Akhirnya, enzim LPLA2 yang sebelumnya distabilkan oleh progesteron kehilangan kestabilannya dan mengarah ke pelepasan enzim ini. Enzim LPLA2 yang terbebas kemudian mengkatalisis fosfolipid pada membran sel menjadi arachidonic acid (AA). AA ini adalah prekursor (bahan) dari prostaglandin, yang mana ketika keberadaan AA meningkat, maka produksi prostaglandin pun ikut meningkat. Prostaglandin menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi, yang bertujuan untuk meluruhkan lapisan fungsional rahim yang tidak jadi digunakan karena tidak adanya pembuahan — hasil dari mekanisme ini kita kenal sebagai darah menstruasi. Nah, seringkali kontraksi otot ini mengarah kepada kram otot rahim yang bermanifestasi sebagai nyeri menstruasi atau nama medisnya adalah dismenore.
(fyi : so, darah menstruasi yang kita kenal sebenarnya adalah lapisan fungsional rahim kita (wanita))
Berbeda halnya saat pembuahan terjadi. Zigot berkembang hingga membentuk sel syncytriotrophoblast, dimana sel ini mensekresikan hormon hCG yang memberikan sinyal kepada korpus luteum untuk mempertahankan produksi progesteron, dan disisi lain, sel ini juga memproduksi progesteron secara mandiri. Ketika progesteron ini kadarnya tetap tinggi bahkan meningkat, enzim LPLA2 tetap stabil, alih-alih terlepas dan mengkatalisis pembentukan AA. Hal ini mencegah peluruhan lapisan fungsional rahim dan mendukung untuk perkembangan janin selanjutnya.
Kenapa wanita sering mengalami nyeri saat menstruasi?
Referensi
Rybaczyk LA, Bashaw MJ, Pathak DR, Moody SM, Gilders RM, Holzschu DL. An overlooked connection: serotonergic mediation of estrogen-related physiology and pathology. BMC Womens Health. 2005 Dec 20;5:12. doi: 10.1186/1472-6874-5-12. PMID: 16368009; PMCID: PMC1327664. Available from: An overlooked connection: serotonergic mediation of estrogen-related physiology and pathology - PMC (nih.gov).
Braverman, P. K. (2007). Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 20(1), 3–12. doi:10.1016/j.jpag.2006.10.007.
ZAKA, Marriam; MAHMOOD, Khawaja Tahir. Pre-menstrual syndrome-a review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 2012, 4.1: 1684.
Bendich, A. (2000). The Potential for Dietary Supplements to Reduce Premenstrual Syndrome (PMS) Symptoms. Journal of the American College of Nutrition, 19(1), 3–12. doi:10.1080/07315724.2000.10718907